Obat Tak Layak Konsumsi

Obat Tak Layak Konsumsi

Obat Tak Layak Konsumsi

Obat Tak Layak Konsumsi, orangtua harus waspada terkait merebaknya kasus gangguan ginjal akut pada anak. Hingga Sabtu (16-03-2024), terdapat 251 kasus gagal ginjal akut yang berasal dari 26 provinsi.

Melansir laman sehatkunegeriku, sekitar 80% kasus terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bali, Banten, dan Sumatera Utara. Adapun persentase angka kematian ada di 56% atau sebanyak 143 kasus. Penambahan 6 kasus, termasuk 2 kematian, yang dilaporkan bukanlah kasus baru.

Pemerintah menduga kasus ini akibat adanya cemaran senyawa kimia pada obat tertentu yang saat ini sebagian sudah teridentifikasi.

Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. M Syahril, Kementerian Kesehatan bergerak dengan terus melakukan penelitian untuk mencari sebab sebab terjadinya gangguan ginjal akut pada anak. Di antaranya Kemenkes sudah menyingkirkan kasus yang disebabkan infeksi, dehidrasi berat, oleh perdarahan berat termasuk keracunan makanan minuman.

Kemenkes bersama IDAI dan profesi terkait

Dan dengan upaya itu Kemenkes bersama IDAI dan profesi terkait telah menjurus kepada salah satu penyebab yaitu adanya keracunan atau intoksikasi obat.

Terkait hal itu, setiap orang perlu mencermati sebelum mengonsumsi obat dengan mengenali ciri-ciri obat yang terjamin layak dan aman.

Melansir indonesiabaik.id, obat tak layak konsumsi itu berbahaya, sebab memiliki kandungan yang tak stabil dan rawan terkontaminasi kuman. Obat yang sudah tidak layak jika tetap di konsumsi maka berakibat tidak manjur dan rentan meracuni tubuh.

14 Ciri Obat Tak Layak Konsumsi dari BPOM, Jangan Anggap Remeh

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut, ada beberapa penyebab obat rusak. Pertama, kemungkinan obat yang di simpan pada tempat yang lembab. Kedua, terpapar sinar matahari langsung. Ketiga, suhu penyimpanan tidak tepat. Keempat, obat yang tidak sengaja sering terguncang.

 

Baca juga: Obat Kedaluwarsa

Ciri Obat Tak Layak Konsumsi

Menurut BPOM, terdapat beberapa tanda obat rusak dan kadaluarsa yang tidak boleh di konsumsi, antara lain:

  1. Lewat masa kadaluarsa yang tercantum pada kemasan obat
  2. Kemasan obat rusak seperti pecah, retak, atau berlubang
  3. Label pada kemasan obat hilang, tidak utuh, atau tulisan tidak terbaca
  4. Obat berubah warna, bau, dan rasa
  5. Muncul noda bintik-bintik pada obat berbentuk tablet dan puyer
  6. Obat tablet sudah hancur atau menjadi bubuk
  7. Obat tablet terlepas dari bungkusnya
  8. Obat padat seperti tablet dan puyer terlihat lembab, lembek, basah, lengket
  9. Cangkang pada obat kapsil lembek dan terbuka sehingga isinya keluar
  10. Kemasan obat puyer sudah terkoyak, sobek, atau lembab
  11. Obat cair seperti sirup berubah menjadi keruh, kental, ada endapan, terpisah, kemasannya berembun
  12. Obat salep, gel, krim berubah menjadi ada bagian yang terpisah, mengeras, kemasan lengket, kemasan berlubang, bahkan isi obat bocor
  13. Isi cairan obat injeksi tidak kembali menjadi suspensi setelah di kocok
  14. Wadah obat semprot seperti inhaler peyok atau berlubang

Obat Kedaluwarsa

Obat Kedaluwarsa

Waspada Obat Kedaluwarsa

Obat Kedaluwarsa, Sahabat BPOM pasti sudah sering melihat tulisan ED atau kepanjangan dari Expired Date di kemasan suatu Obat. Namun ED atau Kedaluwarsa harus dicantumkan disuatu kemasan produk Obat sehingga kita sebagai konsumen juga dapat melihat gambaran mutu obat tersebut. Namun Apa sih kedaluwarsa tersebut, yuks kita simak dibawah ini .

adalah Batas kedaluwarsa yang  di tetapkan berdasarkan uji stabilitas yang di lakukan pada suhu dan kondisi sesuai dengan kondisi ideal penyimpanan obat. Namun Lamanya kedaluwarsa dihitung sejak tanggal obat di produksi hingga waktu uji terakhir dimana obat tersebut di nyatakan. Namun masih memenuhi persyaratan mutu atau lamanya uji stabilitas obat yang datanya tersedia dengan hasil obat memenuhi syarat.

Cara mengetahui obat Exp

a. Melakukan pengecekan tanggal kedaluwarsa pada kemasan

Contoh : ED Agustus 2024, maka obat tersebut masih boleh dikonsumsi pada tanggal 31 Agustus 2024

b. Melihat perubahan fisik obat (perubahan warna, bau dan rasa)

  • Ciri – ciri  fisik Obat kedaluwarsa dalam bentuk Tablet
    • Berubah warna, bau dan rasa
    • Timbul noda bintik-bintik
    • Hancur/menjadi bubuk
    • Hilang/terlepas dari kemasan
    • Lembab, lembek, basah, lengket
  • Ciri – ciri fisik obat kedaluwarsa dalam bentuk Kapsul
    • Berubah warna, bau dan rasa
    • Cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga isinya keluar
    • Cangkang kapsul melekat satu sama lain, dapat juga melekat dengan kemasan
  • Ciri -ciri fisik Obat kedaluwarsa dalam bentukl Serbuk/puyer
    • Berubah warna, bau dan rasa
    • Lembab, lembek, basah, lengket
    • Timbul noda bintik-bintik
    • Kemasan terbuka, terkoyak atau sobek
    • Kemasan lembab
  • Ciri -ciri fisik Obat Kedaluwarsa dalam  bentuk Cairan
    • Berubah warna, bau dan rasa
    • Keruh
    • Mengental
    • Mengendap
    • Memisah
    • Segel pada kemasan rusak/terkoyak
    • Kemasan lembab atau berembun
  • Ciri -ciri fisik obat kedaluwarsa dalam bentuk  Salep, gel, krim
    • Berubah warna, bau dan rasa
    • Mengental
    • Mengendap
    • Memisah
    • Mengeras
    • Kemasan lengket
    • Kemasan berlubang
    • Isi bocor
  • Ciri -ciri fisik obat dalam Produk steril (termasuk injeksi)
    • Injeksi: cairan tidak kembali menjadi suspensi setelah di kocok
    • Kemasan terkoyak atau sobek
    • Kemasan bernoda
    • Kemasan berembun
    • Ada bagian yang hilang
    • Ada bagian yang rusak atau bengkok
  • Ciri ciri fisik obat Aerosol (termasuk inhaler untuk asma)
    • Isinya sudah habis
    • Wadah rusak, berlubang, penyok

Langkah-langkah membuang obat bersama dengan sampah rumah tangga

a.      Ambil obat dari kemasan aslinya dan campurkan obat dengan barang yang tidak enak seperti ampas kopi atau teh dan tanah. Namun Dengan begitu obat menjadi tidak menarik bagi anak-anak, hewan peliharaan, maupun orang-orang yang sengaja mencari obat di bak sampah.

b.        Taruh campuran dalam wadah yang bisa di tutup untuk menjaga agar obat tidak bocor atau tumpah

c.        Buang wadah ke tempat sampah

d.        Untuk membuang kemasan:

    • Hilangkan seluruh informasi pribadi dari kemasan obat.
    • Jika Wadah berupa botol atau pot plastik, lepaskan etiket obat, dan tutup botol, kemudian di buang di tempat sampah.
    • Jika Boks / dus / Tube, maka gunting dahulu baru di buang.

e.        Obat yang dapat di buang di toilet atau saluran air yaitu obat yang berupa cairan. Namun dengan cara obat di encerkan dengan air dan di buang kedalam saluran air.

Cara mencegah terpakainya obat kedaluwarsa

a.        Secara rutin, menyortir obat-obatannya

b.        Membuat sistem penandaan untuk membedakan sisa masa kedaluwarsa. Namun dalam rangka memberikan identitas yang jelas.

Dampak menggunakan obat kedaluwarsa adalah penurunan potensi khasiat yang disebabkan oleh penurunan kadar. Namun Pencantuman ED pada kemasan adalah bagian dari komitmen bersama untuk melindungi pasien. Namun kita jadi konsumen cerdas, jangan lupa Cek KLIK. Cek Kemasan, Cek Label, Cek Izin Edar dan Cek Kedaluwarsa.

Baca juga: Penyakit Ginjal Dan Pengobatannya

Penyakit Ginjal Dan Pengobatannya

Penyakit Ginjal Dan Pengobatannya

Penyakit Ginjal Dan Pengobatannya

Penyakit Ginjal Dan Pengobatannya, Penyakit ginjal adalah salah satu kondisi medis yang rentan terjadi sehingga patut kamu waspadai. Ginjal adalah dua buah organ yang berbentuk seperti kacang merah yang berada di kedua sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya di bawah tulang rusuk manusia.

Fungsi ginjal di antaranya untuk menghasilkan renin yang merupakan enzim untuk mengatur tekanan darah. Selain itu, ginjal juga menghasilkan senyawa eritropoetin yang berfungsi menstimulasi produk sel darah merah.

Penyakit Ginjal, Organ ini juga berfungsi untuk menyaring ampas metabolisme tubuh. Bahkan ginjal yang sehat bisa menjaga kadar garam dan mineral tetap seimbang dalam tubuh. Hal yang tidak kalah penting, ginjal mampu menghasilkan senyawa aktif dari vitamin D agar kesehatan tulang tetap terjaga.

Ketika ginjal mengalami gangguan, maka sisa-sisa metabolisme tubuh akan menyebabkan terjadinya pembengkakan pada bagian pergelangan kaki, muntah-muntah, sesak napas dan kurang tidur.

Jenis Penyakit Ginjal

Penyakit Ginjal ini terdiri dari berbagai jenis yang berbeda. Berikut ini jenis penyakit ginjal yang sering terjadi:

1. Penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal kronis

Para ahli juga kerap menyebut penyakit ini sebagai gagal ginjal kronis. Penyakit ini terjadi saat fungsi ginjal hilang secara bertahap.

Saat kondisi ini terjadi, perlahan tubuh akan terjadi penumpukan limbah atau zat yang tidak tubuh tidak butuhkan. Lama-kelamaan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada organ lain.

2. Penyakit ginjal akut

Penyakit Ginjal yang jenis ini merupakan penurunan fungsi ginjal terjadi secara tiba-tiba. Ada sejumlah penyebab yang dapat memicu terjadinya penyakit ginjal akut. Mulai dari kekurangan cairan dan darah, cedera pada ginjal, atau sumbatan yang menyebabkan kembalinya cairan ke ginjal.

3. Batu ginjal

Kondisi ini memiliki indikasi terbentuknya benda padat atau kerikil pada salah satu atau kedua ginjal. Biasanya, kondisi ini terjadi akibat tingginya kadar mineral tertentu dalam urine.

4. Infeksi ginjal

Dokter juga menyebut kondisi ini sebagai pyelonephritis. Kondisi ini bisa terjadi akibat infeksi saluran kemih yang tidak teratasi dengan baik. Akibatnya, bakteri bergerak menuju ginjal dan menyebabkan infeksi.

5. Polycystic kidney disease (PKD)

Penyakit ginjal polikistik atau Polycystic Kidney Disease (PKD) merupakan kondisi kelainan genetik yang menyebabkan munculnya kista pada ginjal.

6. Glomerulonefritis

Gangguan pada glomerulus atau glomerulonefritis merupakan kondisi ketika ginjal mengalami peradangan. Adapun glomerulus adalah bagian dari organ ginjal yang berperan untuk menyaring zat sisa, serta membuang cairan serta elektrolit yang berlebih dari tubuh.

Glomerulonefritis dapat terjadi dalam waktu singkat (akut) maupun jangka panjang (kronis). Untuk penyebabnya, glomerulonefritis dapat terjadi karena banyak faktor. Misalnya seperti infeksi, penyakit autoimun, atau sebagai dampak peradangan yang menyerang pembuluh darah.

Penyebab Penyakit Ginjal

Penyebab Penyakit Ginjal Dan pengobatannya, kondisi ini akan bervariasi karena bergantung pada jenisnya. Sebagai contoh, penyebabnya adalah:

  • Ginjal tidak memiliki aliran darah yang cukup.
  • Adanya kerusakan langsung pada ginjal.
  • Kerusakan jaringan ginjal akibat obat atau infeksi parah (sepsis).
  • Memiliki riwayat penyakit ginjal kronis.
  • Penyumbatan urin dari ginjal.

Sementara itu, penyakit ginjal kronis atau yang berkepanjangan terjadi ketika suatu penyakit atau kondisi merusak fungsi ginjal. Kondisi ini pada akhirnya membuat kerusakan ginjal memburuk selama beberapa bulan atau tahun.

Adapun, penyakit atau kondisi yang menyebabkan penyakit ginjal kronis dapat meliputi penyakit gula (diabetes) tipe 1 dan 2, serta tekanan darah tinggi.

Faktor Risiko Penyakit Ginjal

Pengidap diabetes lebih berisiko tinggi terkena penyakit ginjal. Bahkan diabetes adalah penyebab utama kondisi ini.

Namun, risiko penyakit ginjal juga meningkat pada individu dengan kondisi berikut:

  • Memiliki tekanan darah tinggi.
  • Memiliki kadar kolesterol yang tinggi.
  • Kebiasan merokok.
  • Punya anggota keluarga lain dengan riwayat penyakit ginjal.
  • Berusia lanjut, di atas 65 tahun.
  • Penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini lebih sering menyasar orang keturunan Afrika-Amerika, Hispanik, Asia, dan Indian Amerika.

Selain itu, kondisi ini juga sering berkaitan dengan kondisi medis lainnya, seperti:

  • Penyumbatan pembuluh darah di lengan atau kaki.
  • Mengidap diabetes atau penyakit gula.
  • Tekanan darah tinggi atau hipertensi.
  • Mengidap gagal jantung.
  • Sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat penyakit serius.
  • Mengidap penyakit liver.

Gejala Penyakit Ginjal

Nyatanya, gejala penyakit ginjal yang muncul pada tiap pengidap akan berbeda-beda. Hal ini karena faktor perbedaan jenis penyakit ginjal yang individu alami. Bahkan, beberapa di antaranya tidak menunjukkan gejala apapun di awal kondisi ini terjadi.

Oleh karena itu, sebaiknya ketahui lebih banyak gejala kesehatan yang terkait dengan penyakit ginjal. Berikut tanda dan gejala awal yang patut setiap orang waspadai:

  • Kamu akan mengalami kondisi kelelahan, kurang berenergi, bahkan kesulitan untuk berkonsentrasi.
  • Mengalami gangguan tidur.
  • Perubahan pada kesehatan kulit yang menjadi lebih kering dan gatal.
  • Mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil.
  • Terdapat darah dalam urine.
  • Urine yang berbusa dan memiliki bau menyengat. Tidak hanya itu, urine juga memiliki warna yang sangat gelap.
  • Mengalami bengkak terus-menerus di area mata.
  • Pergelangan kaki dan kaki yang mengalami pembengkakan.
  • Mengalami penurunan nafsu makan.
  • Lebih sering mengalami nyeri atau kram otot.

Selain gejala di atas, ada juga beberapa Gejala Penyakit Ginjal yang Sering Terabaikan. Penting untuk segera menyadari dan bertanya pada dokter, jika ada keluhan atau tanda yang mencurigakan.

Diagnosis Penyakit Ginjal

Segera kunjungi rumah sakit terdekat ketika kamu mengalami beberapa gangguan kesehatan terkait dengan penyakit ginjal. Ada beberapa pemeriksaan yang bisa kamu lakukan untuk mengetahui kondisi ginjal, seperti:

  • Tes darah, biasanya tes ini  untuk menyaring limbah dari darah dengan perkiraan laju filtrasi glomerulus atau eGFR.
  • Pemeriksaan urine, juga bisa dokter lakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan ginjal.
  • Biopsi ginjal, merupakan prosedur saat dokter spesialis akan mengambil sampel jaringan dari ginjal untuk selanjutnya ia periksa secara detail di laboratorium.
  • USG, untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi ginjal saat itu dan mendeteksi adanya gangguan lain, seperti tumor atau kista.

Pengobatan Penyakit Ginjal

Penanganan kondisi ini juga akan menyesuaikan dengan jenis dan penyebab penyakit ini. Namun, Pengobatannya bertujuan untuk meringankan gejala dan menurunkan kondisi menjadi lebih buruk.

Ada beberapa pengobatan yang bisa dokter rekomendasikan untuk pengidapnya, seperti:

  • Penggunaan obat-obatan. Misalnya penggunaan obat ACE inhibitors untuk membantu mengendalikan tekanan darah dan protein di urine. Selain itu, penggunaan antibiotik juga dapat dokter resepkan agar pertumbuhan bakteri terhambat.
  • Penghancuran batu ginjal untuk mengatasi batu ginjal yang besar.
  • Cuci darah yang berlangsung selama 3-5 jam dengan frekuensi sekitar 3 kali per minggu.
  • Tindakan operasi untuk mengangkat batu ginjal atau ginjal polikistik dan transplantasi ginjal.

Selain pilihan pengobatan tersebut, dokter juga akan menganjurkan pengidap kondisi ini untuk menjalani pola hidup sehat guna meringankan kinerja ginjal. Adapun upaya penerapan pola hidup sehat adalah:

  • Membatasi asupan makanan yang tinggi garam, gula dan kolesterol.
  • Rutin memeriksakan penyakit yang kamu alami. Misalnya seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit autoimun.
  • Memperbanyak konsumsi air putih.
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol.
  • Jika merokok, pengidap penyakit ginjal perlu segera menghentikan kebiasaan ini.
  • Memperbanyak konsumsi buah, sayur, dan biji-bijian.
  • Rutin berolahraga.

Tingkat Kesembuhan Penyakit Ginjal

Penyakit Ginjal Kesembuhan kondisi ini sebenarnya akan tergantung pada jenisnya. Sebagai contoh dalam kondisi gagal ginjal kronis, penyakit ini tidak bisa sembuh total.

Namun, Pengobatannya, perawatan medis, serta penerapan gaya hidup yang tepat dapat membantu pengidap penyakit ini bisa beraktivitas dengan normal dan memperpanjang harapan hidupnya.

Sementara itu, untuk kasus gagal ginjal akut yang biasanya terjadi sementara waktu, pengobatan dan perawatan medis yang tepat bisa mengembalikan atau memperbaiki fungsi ginjal.

Pencegahan Penyakit Ginjal

Segeralah lakukan pemeriksaan pada kondisi batu ginjal tersebut sehingga Pengobatannya dengan mendatangi dokter untuk melakukan beberapa tes. Lakukan tes urine terlebih dahulu untuk memeriksa infeksi dan batuan yang terdapat di dalam urine.

Serta lakukan tes darah agar memastikan ginjal berfungsi dengan baik. Ada pun langkah pencegahan untuk mengurangi risiko terkena penyakit ini, seperti:

  • Ikuti petunjuk penggunaan obat. Saat menggunakan pereda nyeri tanpa resep seperti aspirin, ibuprofen dan acetaminophen, ikuti petunjuk pada kemasannya. Terlalu banyak atau terlalu sering mengonsumsinya dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
  • Pertahankan berat badan ideal. Pengobatannya Pastikan untuk rutin berolahraga dan menerapkan pola makan sehat. Baca lebih lanjut mengenai rekomendasi waktu olahraga pada: Catat, Ini Waktu Olahraga yang Baik untuk Kesehatan.
  • Jangan merokok. Merokok dapat merusak ginjal dan memperburuk kerusakan ginjal yang sudah ada.
  • Kelola kondisi medis dengan baik. Jika kamu mengidap penyakit atau kondisi yang meningkatkan risiko penyakit ginjal, Pengobatannya konsultasikan dengan dokter untuk mengendalikannya.

Komplikasi Penyakit Ginjal

Penyakit ginjal yang terjadi dalam jangka panjang dapat berdampak negatif hampir ke setiap bagian dari tubuh. Komplikasi yang bisa terjadi meliputi:

  • Retensi cairan, yang dapat menyebabkan pembengkakan di lengan dan kaki, tekanan darah tinggi, atau cairan di paru-paru (edema paru).
  • Peningkatan mendadak kadar kalium dalam darah (hiperkalemia), yang dapat mengganggu fungsi jantung.
  • Anemia.
  • Penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner.
  • Tulang lemah dan peningkatan risiko patah tulang.
  • Penurunan gairah seks, impotensi atau penurunan kesuburan.
  • Kerusakan pada sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, perubahan kepribadian, atau kejang.
  • Penurunan respon imun, yang membuat pengidapnya lebih rentan terhadap infeksi.
  • Perikarditis, peradangan pada selaput mirip kantung yang menyelubungi jantung Anda (perikardium).
  • Komplikasi kehamilan yang membawa risiko bagi ibu dan janin yang sedang berkembang.
  • Kerusakan permanen pada ginjal (penyakit ginjal stadium akhir), yang pada akhirnya membutuhkan cuci darah atau transplantasi ginjal untuk bertahan hidup.

 

Baca juga: Konsumsi Antibiotik Secara Berlebihan

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami gejala penyakit ginjal yang tak kunjung membaik, Pengobatannya segeralah periksakan kondisi kesehatan ke dokter spesialis penyakit dalam. Ingatlah bahwa pengobatan tepat sedari awal dapat mengurangi risiko komplikasi berbahaya.

Awas Overdosis obat-obatan

Awas Overdosis obat-obatan

Awas Overdosis obat-obatan

Awas Overdosis obat-obatan! Banyak orang yang beranggapan kalau minum obat melebihi dosis akan membuat dirinya lebih cepat sembuh. Padahal seringkali di sarankan ketika sebelum mengonsumsi obat harus selalu baca aturan pakainya.

Selain itu pergunakan obat sesuai anjuran dokter pun sudah menjadi peringatan agar tidak terjadi overdosis. Meskipun sudah ada aturan dalam meminum obat seperti mengetahui dosis obat yang dianjurkan, waktu minum obat, kapan obat harus digunakan hingga cara obat diminum, namun beberapa orang masih berusaha untuk meminumnya dengan dosis terlalu banyak.

Kesalahpahaman ketika mengonsumsi obat ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Perlu diketahui bahwa terlalu banyak minum obat yang tak sesuai dosis dokter hanya akan memberikan efek samping merugikan. Selain bisa overdosis, maka organ-organ yang berada di dalam tubuh pun bisa mengalami luka.

Jika kamu ingin mengetahui dampak negatif lain akibat terlalu banyak minum obat, kini  kami telah merangkumnya. Informasi ini perlu di perhatikan baik-baik agar tidak berdampak untuk kesehatan.

Awas Overdosis obat-obatan, Kenali 3 Fakta Buruk Akibat Terlalu Banyak Minum Obat

1. Memicu gangguan kesehatan mental

Minum obat memang menjadi salah satu alternatif yang bisa di lakukan oleh semua orang untuk menyembuhkan segala macam penyakit. Namun, jika obat terlalu di minum terlalu banyak alias penderita overdosis hanya akan berdampak negatif untuk kesehatan tubuh dan juga mental.

Gangguan masalah mental dan emosional bisa saja muncul sewaktu-waktu. Efek paling umum yang dapat di rasakan ketika terlalu seri mengonsumsi obat yaitu adanya perubahan pada suasana hati, mulai merasa kelelahan hingga menimbulkan depresi yang berkepanjangan.

Tak hanya itu, bahkan seseorang yang sengaja minum obat melebihi dosis seharusnya bisa di katakan sebagai usaha untuk bunuh diri. Untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, maka ada baiknya segera di rujuk ke psikiater untuk menangani masalah kesehatan kejiwaan.

2. Sewaktu-waktu akan muncul berbagai gejala penyakit baru

Terlalu banyak mengonsumsi obat hanya akan berdampak negatif untuk kesehatan tubuh. Jika di biarkan dan terlalu sering, maka tanpa di sadari kebiasaan ini akan menimbulkan reaksi baru. Gejala baru yang memicu penyakit tertentu akan muncul dengan sendirinya, bahkan gejala tersebut mungkin saja belum pernah di rasakan. Hal inilah yang di sebut sebagai interaksi obat terhadap sistem imun tubuh jika terus di konsumsi dalam jumlah banyak.

Biasanya akan muncul beberapa gejala yang di rasakan seperti kemampuan otak mulai menurun dari biasanya, adanya gangguan pencernaan, tubuh terasa lebih lemas, timbulmya masalah kulit hingga palpitasi jantung.

Untuk mencegah terlalu banyak minum obat yang dapat mengakibatkan overdosis dan memicu gejala-gejala baru, maka ada baiknya terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi beberapa obat.

Setidaknya cara ini dapat membantu diri sendiri atau keluarga terhindar dari kemungkinan terburuk yang akan memunculkan berbagai gejala baru, termasuk memicu penyakit tertentu.

3. Menimbulkan rasa nyeri pada bagian sendi atau otot

Gangguan kesehatan lain yang bisa terjadi jika terlalu banyak minum obat yaitu munculnya rasa nyeri pada bagian sendi dan otot. Kebiasaan terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan bukanlah sesuatu yang membuat tubuh menjadi sehat, melainkan sebaliknya apalagi jika sudah masuk ke dalam indikasi overdosis. Reaksi obat-obatan terlalu banyak ini hanya akan memicu rasa sakit yang dapat bersumber dari bagian sendi atau otot.

Jika di biarkan dan terlalu sering di lakukan, maka bagian sendi dan otot akan terus merasa nyeri yang tak kunjung henti. Tak hanya itu, rasa sakit di bagian lain yang bukan bersumber dari sendi dan otot pun dapat muncul sewaktu-waktu.

Tips Pencegahan agar Terhindari dari Overdosis

Dalam mengonsumsi obat yang bertujuan untuk menurunkan hingga menghilangkan berbagai gejala penyakit tentu tidak boleh sembarangan ketika di konsumsi.

Perlu Mama ketahui bahwa ada beberapa hal yang harus di perhatikan saat mengonsumsi obat untuk mencegah terjadinya overdosis serta keracunan obat. Berikut beberapa hal yang perlu di ingat, seperti:

  • Penting sekali berkonsultasi dengan dokter agar dirinya bisa mengetahui semua jenis obat yang sedang di konsumsi. Beritahukan semua obat-obatan yang memang aktif di konsumsi seperti obat resep dari dokter, obat tanpa resep alias di jual bebas maupun obat herbal. Hal ini di karenakan berbagai jenis obat yang di konsumsi tentu akan memiliki interaksi atau efek samping yang berbeda-beda untuk tubuh.
  • Selalu terbuka dan berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu, termasuk saat memiliki alergi dengan kandungan obat tertentu.
  • Bukan hanya sebatas minum obat sesuai dosis aja, namun perlu sekali minum obat dengan cara yang baik dan benar. Minumlah obat sesuai waktu yang telah di anjurkan.
  • Tidak mengonsumsi obat bersamaan dengan obat lain bila tidak di anjurkan oleh dokter. Pastikan mengonsumsi segala sesuatunya agar sesuai dengan yang telah di resepkan.
  • Pahami ukuran dalam mengonsumsi obat seperti ml (mililiter), sdt (sendok teh), dan sdm (sendok makan). Kenali juga bahwa ukuran 1 sdt (sendok teh) setara dengan 5 ml (mililiter). Lalu takaran sdm (sendok makan) setara dengan tiga kali lipat takaran sdt (sendok teh) yaitu 15 ml.
  • Lakukan tiga langkah pemeriksaan obat sebelum di konsumsi, seperti memeriksa keutuhan kemasannya, memeriksa labelnya untuk mengetahui jenis obat dan takaran pemberian. Lalu periksa juga kualitas obatnya dengan memastikan bau, warna dan bentuknya tidak berubah.

Itulah beberapa hal yang perlu di perhatikan dengan tujuan agar obat dapat bekerja secara lebih efektif. Bahkan obat yang di konsumsi dengan penggunaan yang tepat bisa membantu dalam mengendalikan berbagai gejala selama sedang sakit.

Baca juga: Bahaya Narkoba untuk Kesehatan

Bahaya Narkoba untuk Kesehatan

Bahaya Narkoba untuk Kesehatan

Bahaya Narkoba untuk Kesehatan

Bahaya Narkoba untuk Kesehatan, narkoba adalah narkotika dan obat-obatan yang bersifat adiktif. Serta dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental pada penggunanya jika di salahgunakan. Obat-obatan tersebut memiliki senyawa dan peruntukannya masing-masing.

Maka dari itu, obat-obatan tidak boleh di gunakan secara sembarangan tanpa pengawasan dokter. Jika di salahgunakan, bukan hanya kecanduan, nyawa dari penggunanya pun dapat terancam. Simak artikel berikut ini untuk penjelasan lebih lanjut mengenai dampak narkoba dan hubungannya dengan kesehatan mental.

8 Bahaya Narkoba untuk Kesehatan Fisik dan Mental

Berikut adalah sejumlah efek negatif dan bahaya dari narkoba.

1. Melemahkan Sistem Imun

Ternyata, narkoba dapat melemahkan imun lo. Hal ini pun diungkapkan dalam penelitian yang dimuat Clinical Microbiology Reviews. Pada jurnal tersebut, disebut bahwa penyalahgunaan narkoba, seperti opium, kokain, dan ganja, dapat pengaruhi sistem imun baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketika sistem imun tubuh melemah, tubuh pun jadi lebih mudah terserang berbagai infeksi penyakit.

2. Rentan Terkena AIDS

Masih berhubungan dengan lemahnya sistem imun setelah tubuh tergantung pada narkoba, tubuh pengguna juga jadi rentan terkena AIDS. AIDS adalah kondisi yang diakibatkan human immunodeficiency virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada pecandu narkoba yang sistem imunnya lemah, virus HIV akan lebih mudah masuk tubuh tanpa perlawanan berarti.

Lebih bahayanya lagi, penyakit AIDS ini dapat menular melalui hubungan seksual dan jarum suntik. Selain itu, ibu yang menderita AIDS juga berisiko menularkan penyakit ini ke anaknya.

3. Gagal Jantung

Penyalahgunaan narkoba juga dapat mengganggu kerja jantung. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan The American Journal of Medicine, penyalahgunaan sabu, alkohol, dan opioid dapat meningkatkan risiko gagal jantung.

Bahkan, peluang mengalami gagal jantung pada pada pecandu narkoba hampir sama dengan orang yang mengidap penyakit komorbid seperti kelainan irama jantung, penyakit jantung iskemik, dan penyakit ginjal kronis.

4. Gangguan Liver

Narkotika seperti ganja, sabu, dan kokain, dapat menjadi racun bagi liver. Ini sangat berbahaya, sebab fungsi utama liver adalah sebagai penawar racun di tubuh manusia. Nah, ketiga jenis narkotika ini bisa mengganggu fungsi hati, sehingga tidak dapat bekerja dengan baik. Tanpa adanya liver sebagai penawar racun di tubuh, kita jadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi.

5. Gangguan pada Otak

Narkoba juga dapat menimbulkan bahaya pada otak, karena racun di dalamnya bisa menyerang sel-sel dalam otak. Dalam situasi tertentu, setelah mengonsumsi narkotika terlarang, otak bisa mengalami hipoksia (kekurangan asupan oksigen) dan overdosis.

Lebih parahnya lagi, penyalahgunaan narkoba juga bisa membuat otak mengalami dampak lebih serius, seperti cedera traumatis, stroke, penyusutan, dan lain-lain.

6. Gangguan Sistem Pencernaan

Narkoba sintetis seperti ekstasi dapat berbahaya untuk saluran pencernaan, karena dapat memicu komplikasi pembuluh darah pada lambung. Lebih berbahayanya lagi, terkadang gangguan pencernaan akibat penyalahgunaan narkoba sulit terdeteksi. Soalnya, gejalanya bisa mirip dengan yang terjadi bila kita terkena gangguan lain, semisal anemia, kolesistitis, porfiria akut, dan nefrolitiasis.

7. Gangguan Kognitif

Tidak perlu sampai kena stroke, konsumsi narkoba juga bisa berpengaruh pada kemampuan berpikir atau fungsi kognitif. Akibatnya, sehari-hari kita akan alami kesulitan saat harus belajar, mengingat, berkonsentrasi, dan memahami sesuatu. Bahkan, kita juga sulit mengendalikan dorongan atau impuls dari dalam diri.

8. Depresi

Tidak hanya fisik, penyalahgunaan narkoba juga dapat menyerang mental seseorang. Menurut studi, banyak orang dengan gangguan kesehatan mental yang sekaligus kecanduan narkoba. National Institute of Health Sciences mencatat, sekitar sepertiga orang dengan depresi juga punya masalah dengan alkohol dan obat-obatan terlarang.

Narkoba memang bukan penyebab gangguan kejiwaan satu-satunya. Tapi, reaksi otak setelah terpapar narkoba dapat berdampak buruk terhadap pola pikir dan mood.  Zat dalam narkoba dapat memicu atau meningkatkan intensitas rasa sepi, sedih, dan putus asa. Emosi seperti ini banyak ditemukan pada pengidap depresi.

Ciri-Ciri Orang yang Kecanduan Narkoba

Berikut adalah tanda-tanda seseorang menjadi kecanduan mengkonsumsi narkoba adalah sebagai berikut:

  • Pecandu merasa tidak membutuhkan obat-obatan lain untuk pemulihan.
  • Saat lepas dari narkoba, muncul rasa depresi, pusing, keringat dingin, kebingungan, nyeri perut, hingga badan bergetar.
  • Tidak bisa lepas dari narkoba saat pecandu sudah membuat banyak masalah kepada teman, keluarga, dan sekitarnya.
  • Sulit konsentrasi saat melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Kehilangan minat untuk melakukan hobi yang disukai sebelumnya.
  • Berisiko untuk melakukan kegiatan berbahaya, seperti menyetir dalam keadaan tidak sadar.
  • Tahan untuk tidak tidur, atau konsumsi makanan berlebih atau kurang.
  • Kondisi fisik tubuh lemah dan tak terkendali, mata terbuka, bau mulut, sering mimisan, hingga tubuh terlalu kurus atau gemuk.
  • Kecanduan dengan zat lain, seperti alkohol.
  • Menambah dosis saat menggunakan obat-obatan.

Tanda-tanda di atas mungkin terjadi bagi para orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) yang tidak melakukan terapi dan pengawasan oleh psikolog maupun psikiater. Kemudian, pecandu yang terganggu kesehatan mentalnya pada umumnya bergaul dengan lingkungan dengan sesama pecandu, karena salah satu faktor penyalahgunaan zat hingga melebihi dosis adalah lingkup pertemanan.

Pengobatan dan Penyembuhan Penyalahgunaan Narkoba

Untuk menghentikan ketergantungan seseorang terhadap narkoba, perilaku dari pengguna narkoba pun perlu diubah. Maka dari itu, diperlukan adanya terapi pengubahan perilaku dalam proses rehabilitasi.

Dokter spesialis kedokteran jiwa Bina Husada (part of Mitra Keluarga), dr. R. Windi Rachmawati Kusumah, Sp.KJ, menyatakan bahwa pengobatan narkoba akan fokus pada detoksifikasi terhadap lingkungan dan sosial, rehabilitasi medik, dan rehabilitasi perilaku.

  1. Detoksifikasi terhadap lingkungan dan sosial pasien menjadi awal pemulihan sebelum rehabilitasi di lakukan. Tahap ini mudah gagal jika pasien kembali berinteraksi dengan lingkup pertemanan sesama pecandu.
  2. Rehabilitasi medik, dengan substitusi obat pengganti agar dapat keluar dari ketergantungan narkoba.
  3. Rehabilitasi perilaku serta psikologis pasien, yang perlu di bantu oleh berbagai pihak, seperti keluarga, teman yang suportif, serta pengawasan psikolog atau psikiater.

Salah satu dampak narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya adalah kecenderungan mental yang terganggu. Kecanduan yang berkepanjangan tentunya dapat di sembuhkan dengan rehabilitasi rutin, dan konsultasi berkala dengan psikolog maupun psikiater untuk memperbaiki pola hidupnya.

Baca juga: Awas Overdosis obat-obatan

Konsumsi Antibiotik Secara Berlebihan

Konsumsi Antibiotik Secara Berlebihan

Konsumsi Antibiotik Secara Berlebihan

Konsumsi Antibiotik Secara Berlebihan, Antibiotik adalah bahan pokok dalam pengobatan modern yang telah menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahun. Di sisi lain, obat ini juga bisa merusak sistem bakteri normal yang memengaruhi kesehatan manusia.

Tubuh kita adalah rumah bagi triliunan bakteri dengan kepadatan tertinggi berada di usus. Manusia tidak dapat hidup tanpanya. Namun, apakah kita secara permanen merusak bagian penting tubuh ini setiap kali kita mengonsumsi antibiotik?

“Mikrobioma usus adalah jaringan kompleks bentuk kehidupan mikrobiotik dan semua hal yang mereka butuhkan untuk mempertahankan diri di dalam tubuh,” kata James Kinross, konsultan ahli bedah kolorektal di Imperial College London. Mikrobioma usus berperan besar dalam menjaga kesehatan kita, termasuk mengatur sistem kekebalan tubuh dan membantu pencernaan.

Dampak buruk konsumsi antibiotik secara berlebihan: ‘Merusak bakteri baik hingga sistem kekebalan tubuh’

Para ahli berpendapat antibiotik adalah salah satu ancaman terbesar terhadap mikrobioma usus. Antibiotik, yang biasa diresepkan untuk mengobati dan mencegah infeksi bakteri, merupakan landasan pengobatan modern.

Namun, dalam proses membunuh bakteri penyebab infeksi di tubuh, antibiotik juga secara tidak sengaja dapat memusnahkan bakteri lain di tubuh kita.

Ada kekhawatiran yang semakin besar di kalangan ilmuwan mengenai dampak kesehatan dari meningkatnya ketergantungan kita pada antibiotik; antara tahun 2000 hingga 2015, resep antibiotik global meningkat sebesar 65%.

Masalah yang muncul dengan meningkatnya penggunaan antibiotik ini ada dua: kerusakan yang terjadi pada mikrobioma usus dan meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotik.

“Antibiotik mengganggu ekosistem rumit mikrobioma usus kita, dan dengan demikian menempatkan bakteri yang masih hidup pada risiko lebih besar untuk menyumbangkan gen resisten mereka kepada patogen,” kata Gautam Dantas, profesor laboratorium dan kedokteran genom di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, AS.

Kita tahu bahwa semakin beragam jumlah bakteri dalam usus kita maka akan semakin baik. Namun setiap antibiotik mengganggu populasi ini karena dia tidak cukup tepat sasaran membunuh bakteri patogen penyebab infeksi. Sebaliknya, mereka memburu semua bakteri di usus kita.

Dampak Tambahannya

Bayangkan sebuah hutan di mana kita mencoba membasmi satu infeksi gulma. Cara kita menggunakan antibiotik adalah dengan mengebom hutan, membunuh yang baik dan yang jahat.”

Ketika para ilmuwan melihat secara retrospektif mikrobioma orang yang pernah mengalami infeksi dan kemudian di beri antibiotik. Mereka menemukan sebagian besar keragaman mikrobioma pulih dalam beberapa bulan, kata Dantas.

Namun, pada beberapa orang, beberapa bakteri baik tidak pernah muncul lagi, tambahnya. Dantas dan tim penelitinya telah mempelajari sampel feses yang di kumpulkan dari anak-anak yang di rawat di rumah sakit yang terhubung dengan laboratoriumnya.

Sampel ini di kumpulkan secara rutin, sebelum adanya infeksi dan pemberian antibiotik. Sehingga memungkinkan timnya untuk melihat perubahan pada anak-anak yang terkena infeksi dan diberi antibiotik di kemudian hari.

Dantas menggunakan sampel ini untuk membandingkan perubahan mikrobioma usus setelah pemberian antibiotik pada dua kelompok bayi. Kelompok pertama adalah bayi prematur, yang lahir sebelum usia 36 minggu, dan yang kedua adalah bayi cukup bulan, yang lahir setelah usia 36 minggu.

“Apa yang kita ketahui terjadi pada orang dewasa setelah penggunaan antibiotik terjadi lebih dramatis pada bayi: keragaman mikrobioma yang lebih rendah dan lonjakan besar dalam gen yang resistan terhadap obat,” ujarnya.

Meskipun efeknya berbeda-beda pada setiap orang, dan bergantung pada usia kita, konsensus. Di antara para ilmuwan adalah efek dari satu jenis antibiotik bisa bersifat permanen.

“Beberapa orang sangat rentan terhadap kerusakan mikrobioma mereka akibat antibiotik, dan ekologi mikrobioma. Mereka akan berubah secara dramatis dan tidak akan pernah kembali seperti sebelum dosis antibiotik di berikan.”

“Kita kehilangan keragaman dalam usus kita dan mikroba penting yang telah menghidupi kita. Selama ratusan ribu tahun hilang dalam skala waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Namun, para ilmuwan masih mencoba mencari tahu dampak kesehatan jangka panjang dari penggunaan antibiotik terhadap mikrobioma usus kita.

Baca juga: Bahaya Narkoba untuk Kesehatan